|     Penulis: Ustadz Dr. Muhamamd Arifin bin Baderi, M.A.
 
  Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa   dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Saudaraku! Anda masih ingat detik-detik ketika kakek, atau nenek, atau   mungkin ayah, ibunda, atau mungkin juga istri atau suami tercinta meregang   nyawanya? Pernahkah anda bertanya dan berpikir apakah yang mereka rasakan   ketika ruh mereka meninggalkan raganya?     Agar anda dapat menerka apa yang mereka rasakan kala itu, coba anda kembali   mengingat raut wajah mereka ketika detik-detik terakhir sebelum meninggal dunia.     Tahukah saudara! Apa yang dialami oleh ayahanda atau kerabat anda saat itu?   Tahukah saudara, dengan siapa ia berhadapan? Berikut inilah kejadian yang   dialami oleh ayahanda atau ibunda atau kerabat anda kala itu (Kisah ini   dituturkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang   diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Ibnu Majah),     إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا   وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ   الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ   الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ   الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ   عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى   مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ – قَالَ – فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا   تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ   يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِى ذَلِكَ   الْكَفَنِ وَفِى ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ   مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ – قَالَ – فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ   يَمُرُّونَ – يَعْنِى بِهَا – عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا   مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ   أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا     “Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki   kehidupan akhirat, ia didatangi oleh sekelompok malaikat dari langit. Wajah   mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian   dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang   tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut   ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat   Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegaslah keluar dari   ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin   itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir   dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut   menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para   malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak   membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera   mengambil ruh orang mukmin itu dan membukusnya dengan kain kafan dan   wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium   semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang pernah   ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke   langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya,   melainkan mereka akan bertanya, “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat   pembawa ruh itupun menjawab, “Ini adalah arwah Fulan bin Fulan” (disebut   dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah   dipanggil dengannya).”     Saudaraku! Walau demikian mudah arwah orang mukmin keluar dari raganya, akan   tetapi bukan berarti bebas dari rasa sakit! Sekali-kali tidak.     Adakah keraguan pada diri anda bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa   sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya? Akan tetapi   kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari rasa   pedihnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi sakaratul   maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya dengan   mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana   berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda,     (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ (رواه البخاري     “Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu   disertai oleh rasa pedih.” Riwayat Imam Bukhari.     Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab radhiallahu ‘anhu bertanya   kepada Ka’ab Al Ahbaar,     يا كعب حدثنا عن الموت، قال: يا أمير المؤمنين غصن كثير الشوك يدخل في جوف الرجل فتأخذ كل شوكة بعرق يجذبه رجل شديد الجذب، فأخذ ما أخذ، وأبقى ما أبقى.     “Wahai Ka’ab: Ceritakan kepada kita tentang kematian!. Ka’abpun berkata:   Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya kematian adalah bagaikan sebatang   dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut di kerongkongan anda, sehingga   setiap duri menancap di setiap syarafnya. Selanjutnya dahan itu   sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh seorang yang gagah   perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama dahan itu dan apa   yang akan tersisa!” Riwayat Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitabnya Hilyatul   Auliya’.     شداد بن أوس الموت افظع هول في الدنيا والآخرة على المؤمن وهو أشد من نشر بالمناشير وقرض بالمقاريض وغلي في القدور. ولو أن الميت نشر فأخبر أهل الدنيا بالموت ما انتفعوا بعيش ولا لذوا بنوم     Syaddaad bin Al Aus berkata, “Kematian adalah pengalaman yang paling menakutkan   bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Kematian itu lebih   menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan gunting, atau   direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati diizinkan untuk   menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi kematian,   niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga tidak akan   pernah tidur nyenyak.”     Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika   menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri Anda? Betapa banyak   dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran amal Anda? Anda ingin tahu   bagaimana rasanya sakarutul maut bila anda tidak segera bertaubat dari   kemaksiatan dan beristiqamah dalam ketaatan? Simaklah kelanjutan hadits riwayat   Imam Ahmad dan Ibnu Majah di atas,     وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ وفي رواية وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلاَئِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِى إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ – قَالَ – فَتُفَرَّقُ فِى جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِى تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا .رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني     “Bila orang kafir, pada riwayat lain: Bila orang jahat hendak meninggal dunia   dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh sekelompok malaikat dari   langit. Mereka berwajahkan hitam kelam, membawa kain yang kasar, dan   selanjutnya mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Pada saat itulah   Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya.   Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang buruk,   bergegaslah engkau keluar dari ragamu menuju kepada kebencian dan kemurkaan   Allah”. Segera ruh orang jahat itu menyebar keseluruh raganya. Tanpa   menunda-nunda malaikat maut segera mencabut ruhnya dengan keras, bagaikan   mencabut kawat bergerigi dari bulu domba yang basah. Begitu ruhnya telah   keluar, segera Malaikat Maut menyambutnya.     Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang   telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya   sekejappun berada di tangannya. Para malaikat segera mengambil ruh orang   jahat itu dan membukusnya dengan kain kasar yang mereka bawa. Dari kain itu   tercium aroma busuk bagaikan bau bangkai paling menyengat yang pernah tercium   di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruh itu naik ke langit.   Tidaklah para malaikat itu melintasi sekelompok malaikat lainnya, melainkan   mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu buruk.” Malaikat pembawa ruh   itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya   yang terburuk yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil   dengannya).”     Saudaraku! Coba anda ingat kembali, rasa pedih dan sakit yang pernah anda   rasakan ketika tertusuk atau tersengat api! Sangat menyakitkan bukan? Padahal   syaraf yang merasakan rasa sakit hanyalah sebagiannya. Walau demikian,   rasanya begitu menyakitkan, sehingga susah untuk dilupakan?     Nah bagaimana halnya bila kelak pada saat sakaratul maut seluruh syaraf anda   merasakan sakit. Disaat ruh anda berusaha berpegangan erat-erat dengan setiap   syaraf anda sedangkan Malaikat Maut mencabutnya dengan keras dan kuat.   Betul-betul menyakitkan.     Penampilan Rasa Malaikat Maut yang begitu seram dan menakutkan akan semakin   menambah pedih rasa sakit yang anda rasakan.     Saudaraku! Siapkah   anda menjalani pengalaman yang begitu menakutkan dan begitu menyakitkan?   Bila saudara tidak   kuasa menjalani sakaratul maut yang sangat menyakitkan seperti ini, maka   mengapa noda-noda maksiat terus mengotori lembaran amal dan menghitamkan hati   anda? Mengapa kaki anda terasa kaku, tangan serasa terbelenggu, mata seakan   melekat dan pintu hati seakan terkunci ketika ada seruan beribadah kepada   Allah?     Saudaraku! Agar hati   anda kembali menjadi lunak dan pintu hati anda terbuka lebar-lebar untuk   menerima dan mengamalkan kebenaran, maka alangkah baiknya bila anda   sering-sering berziarah ke kuburan. Dengan berziarah ke kuburan, diharapkan   anda akan senantiasa menyadari, cepat atau lambat anda pasti menjadi salah   seorang dari penghuni kuburan.     (زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ (رواه مسلم     “Berziarahlah ke   kuburan, karena ziarah ke kuburan itu dapat mengingatkan kalian akan   kematian.” Riwayat Muslim.     Saudaraku! Ada satu   pertanyaan yang tidak mungkin anda temukan jawabannya sebelum anda   mengalaminya sendiri: Termasuk golongan manakah diri anda, apakah termasuk   golongan orang-orang mukmin yang dimudahkan ketika menghadapi sakaratul maut   ataukah termasuk golongan yang kedua?     Karenanya, marilah   kita berjuang, dan berdoa memohon kepada Allah agar diri kita –dengan rahmat   dan kemurahan Allah- dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang   mendapatkan keteguhan dan kemudahan ketika menghadapi Malaikat Maut. Amiin.      |   
 
0 comments:
Post a Comment